Rethrosintesis analisis merupakan suatu cara
memecahkan suatu permasalahan ketika merencanakan sintesis organik. Teknik ini
biasanya dilakukan dengan cara mentarnsformasi molekul suatu senyawa sehingga
menjadi lebih sederhana. Teknik ini dilakukan dengan berulang ulang sampai
akhirnya didapatkan struktur paling sederhana dan tersedia dipasaran.
Kuat atau tidaknya rethrosinthesis analisis akan menjadi bukti dalam
rancangan sintesis. Yang menjadi tujuan utama dalam rethrosintesis analisis
adalah perombakan struktur menjadi sederhana. Biasanya ketika mensintesis suatu
senyawa dapat dilakukan dengan berbagai jalur sintesis yang dapat digunakan.
Pendekatan
retrosintesis atau rethrosintesis analisis suatu senyawa bahan alam yang bahan
awalnya sudah diketahui dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan:
1.
Atom
karbon yang terkandung dalam target harus ditentukan terlebih dahulu.
2.
Melakukan
penyederhanaan maksimum dengan melakukan diskoneksi ikatan.
3.
Mengubah
hasil hasil yang didapat dari diskoneksi menjadi bagian bagian nukleofil dan
elektrofil dengan menggunakan konsep donor-akseptor.
4.
Melakukan
penyempurnaan sintesis yang terjadi dalam ikatan karbon-karbon yang diinginkan
dengan menentukan pasangan ion intermediet yang paling cocok.
5.Diulangi
terus hingga semua ikatan menjadi ikatan yang diinginkan.
6. Menggunakan
tabel untuk memanipulasi/mengubah gugus fungsi dari semua hasil diskoneksi agar
analisi retrosintesis menjadi sempurna.
7.
Sintesis
diselesaikan dngan cara membalikan skema retrosintesis.
Senyawa – senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas
biologis biasanya memiliki lebih dari 1 gugus fungsi. Taxol merupakan suatu
senyawa bahan alam yang memiliki 6 gugus fungsi. Senyawa taxol didapat dengan
mengektraksi kulit kayu pohon yew. Pohon yew merupakan suatu jenis pohon yang
mirip dengan pohon cemara dan banyak ditemukan di hutan barat laut pasifik. Senyawa
ini merupakan senyawa yang luar biasa. Karena, ia bisa mengobati kanker
payudara dan kanker indung telur.
Epoksida merupakan gugus fungsi dalam sintesis organik, walaupun pada
kenyataannya tidak banyak yang dapat ditemukan dalam pencariannya. Pentingnya gugus
fungsi ini berasal dari pembukaan cincin beranggota tiga menyebabkan molekul
multifungsu yang dibuat dengan cara ini menjadi menarik dan bernilai tinggi
untuk sintesis organik. Yang penting untuk diketahui bahwa pembukaan cincin
tidak mudah. Karena regioselektif dan stereoselektif harus sering dikontrol agar molekul yang
didapat sesuai target.
Retrosintesis analisis dari taxol mengarah kepada 2 prekusor utama,
intermedietnya ditunjukkan oleh gambar 113 dan 114. Yang mana keduanya dapat
digabungkan menggunakan reaksi esterifikasi. Pada kasus ini, intermediet gambar
113 lebih penting karenaia dapat dibentuk menggunakan benzoilation dari amina
gambar 115. Yang mana pada gilirannya dapat tersintesis dari epoxide dalam 2
tahap.
Dimulai dari intermediat gambar ke 117, sebuah
hidrolase epoksida dari g geotrichum dapat digunakan untuk menutupi epoksida
kiral yang dinginkan dengan enantioselectivitas yang tinngi yaitu >99% dan
isolasi sedang terisolasi 37%. Langkah selanjutnya, epoksida mengalami
pembukaan cincin dengan menggunakan azida diikuti oleh reduksi dengan PhP3
dan bereaksi dengan benzoil
klorida, yang mengarah pada kiral benzoil amina (gambar 114) dalam 33.8%
keseluruhan hasil (tiga langkah kimia) dan memiliki sebuah kelebihan enantiomer
>95%.
adapun penjelasan lain mengenai rethrosintesis ini akan saya jelaskan sebagai berikut:
keterangan:
ac (acetil)
benzil
karbonat ester
TBS (tert-butykdimethilsilyl)
TES (triethilshilyl)
Taxol dibentuk dari diol pada gambar 7.2 melalui esterifikasi atau pembentukan ester. diol berasa dari karbonat gambar 6.3 dengan cara menambahkan phenilithyium. aldehyde 4.2 dan hydrazone 3.6 diperoleh dengan menggunakan reaksi kopling Shapiro.
Skema II Retrosintetik menunjukkan bahwa aldehida dan hidrazon yang digunakan dalam reaksi penggandengan Shapiro disintesis menggunakan reaksi Diels-Alder .
Permasalahan:
1. dari 6 gugus fungsi yang terdapat dalam taxol, mengapa gugus fungsi yang akhirnya dipilih untuk disintesis adalah gugus epoksidanya?
2. dalam blog saya dijelaskan bahwa taxol memiliki 2 prekusor utama, yaitu prekusor nomor 113 dan 114 namun ternyata prekusor pada nomor 113 lebih penting dan dapat disintesis dibandingkan prekusor nomor 114. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
3.
jika dilihat dari gambar taxol diatas, mengapa posisi atom yang didiskoneksi dalam proses analisis retrosintesis adalah atom C13?
adapun penjelasan lain mengenai rethrosintesis ini akan saya jelaskan sebagai berikut:
(taxol) |
keterangan:
ac (acetil)
benzil
karbonat ester
TBS (tert-butykdimethilsilyl)
TES (triethilshilyl)
(SKEMA 1) |
(SKEMA 2) |
Skema II Retrosintetik menunjukkan bahwa aldehida dan hidrazon yang digunakan dalam reaksi penggandengan Shapiro disintesis menggunakan reaksi Diels-Alder .
Permasalahan:
1. dari 6 gugus fungsi yang terdapat dalam taxol, mengapa gugus fungsi yang akhirnya dipilih untuk disintesis adalah gugus epoksidanya?
2. dalam blog saya dijelaskan bahwa taxol memiliki 2 prekusor utama, yaitu prekusor nomor 113 dan 114 namun ternyata prekusor pada nomor 113 lebih penting dan dapat disintesis dibandingkan prekusor nomor 114. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
3.
Saya akan menjawab permasalahan nomor 1.
ReplyDeleteSalsa Billa ApriantiNovember 20, 2019 at 6:35 AM
Karena, gugus yang apabila akan melalui sintesis dengan benzoil akan menghasilkan amina. Taxol sendiri memanglah target utamanya adalah retrosintesis dari amina. Selain epoksida atau amina sendiri masih ada gugus lain yang mampu disintesis dengan proses yang berbeda juga.
Ruslan rabani
ReplyDelete2. Sinton nomor 113 dikatakan lebih penting karena ia memiliki gugus fungsi yang spesifik yaitu ester. Yang menjadu tinjauan utama adalah gugus fungsi yang reaktif. Sinton 113 dapat membentuk amina menghasilkan gambar 115. Jadi sinton tergantung pada bagian reaktifnya.
Semoga membantu
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete(A1C117074)
ReplyDelete3. Menurut saya, diskoneksi terjadi pada C1e karena C13 ini lebih reaktif dibandingkan C yang lain sehingga pada C13 inilah yang terjadi diskoneksi. Karena jika Cnya reaktif, maka akan lebih mudah melakukan diskoneksi.